Rabu, 02 Januari 2013


Batik Tulis Indonesia Warisan Budaya Dunia

Rencananya, hari ini (2/10) UNESCO akan mendeklarasikan batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya dunia lisan dan tak benda di dunia atau intagible cultural heritage of humanity.
Bagi Ketua paguyuban pecinta batik 'Sekar Jagad' Larasati Suliantoro Sulaiman, hal ini seharusnya diterjemahkan sebagai penghargaan UNESCO bagi batik tulis atau batik painting, dan bukan bagi batik cap atau batik printing atau batik tekstil yang diproduksi pabrik.
"Keputusan UNESCO ini untuk batik tulis atau batik painting. Jadi lebih ke proses membatiknya. Bukan batik lainya seperti batil cap atau printing, atau batik kombinasi," katanya di Mustokoweni Heritage Hotel Yogyakarta yang dikelolanya, Kamis (1/10).

Hal tersebut bukannya tanpa alasan. Larasati menyatakan membanjirnya batik cap saat ini sangat meresahkan pecinta batil tulis serta para pembatik tradisional yang banyak terdapat di sejumlah daerah di Yogyakarta.
"Menurutnya, yang paling bertanggungjawab dalam hal ini adalah pemerintah. Bagaimanapun, pemerintah harus konsisten dengan apa yang dianugerahkan oleh UNESCO bagi bangsa Indonesia," pintanya.
Yang dimaksudkan olehnya adalah bagaimana pemerintah memberikan pengetahuan yang benar mengenai batik asli atau batik tulis kepada masyarakat, bukan justru memberikan contoh dengan memakai batik cap seperti sekarang ini.
"Saat ini ada salah kaprah yang terjadi di masyarakat tentang batik. Harus ada pencerahan bagi mereka. Jika dibiarkan, nanti risikonya sangat merugikan," ujarnya.
Selain masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian sejumlah pihak mengenai batik tulis, wanita yang telah membatik selama enam puluh tahun ini juga menyayangkan tentang kurang optimalnya pemanfaatan kapas sebagai salah satu bahan utama batik tulis.
"Dari dulu sampai sekarang, bahan kapas yang sebenarnya mudah ditanam masih saja menjadi masalah. Kapas kan bahan utama untuk menjadi kain katun sebagai ciri khas batik tulis," tegasnya.
Meski demikian, dengan penetapan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia, Larasati berharap kelestarian dan perkembangan batik tulis khususnya di Jogja dapat terjadi.
"Ini juga bisa untuk mencegah maraknya impor batik cap dari China yang akhir-akhir ini juga semakin memprihatinkan," kritiknya.
Semetara itu mengenai klaim yang sempat dilontarkan oleh Malaysia untuk sejumlah motif batik, Larasati menyatakan agar kita tidak terlalu memusingkannya. Baginya kalau batik Indonesia sudah diakui dunia, Malaysia tidak akan bisa berbuat banyak lagi mengenai batik.
Menurut Larasati, saat ini motif batik tulis di Indonesia kira-kira berjumlah 125, yang telah ada sejak abad ke-15 lalu. Sejumlah motif sempat diklaim oleh sejumlah negara sebagai motif mereka. Untuk itu, dengan ditetapkannya batik tulis Indonesia sebagai watisan budaya dunia, pemerintah bisa melakukan hal bijak dengan mematenkan motif batik tulis asli Indonesia untuk menghindari penjiplakan dan klaim dari pihak lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar